Source: pixabay |
Kekuatan (Power)
Kekuatan (power)
merujuk pada kemampuan untuk melakukan sesuatu dan mengendalikan orang lain,
untuk membuat mereka melakukan apa yang sebaliknya tidak mereka lakukan. Oleh karena
kemampuan mengendalikan orang lain sering dikaitkan dengan kepemilikan sumber
daya tertentu, politisi dan diplomat umumnya mendefinisikan kekuasaan sebagai
kepemilikan populasi, wilayah, sumber daya alam, ukuran ekonomi, kekuatan
militer, dan stabilitas politik. Sebagai contoh, dalam ekonomi agraria Eropa
abad kedelapan belas, populasi adalah sumber daya yang penting karena
menyediakan basis untuk pajak dan rekrutmen infanteri (Joseph Nye, Power in the
Global Information Age, 2004: 69).
Soft Power
·
Soft power dalam istilah diplomasi yang didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memengaruhi negara lain melalui kerjasama dengan agenda
mengajak dan melakukan kegiatan positif untuk memperoleh hasil yang diinginkan
(Trunkos, 2013: 2).
·
Menurut
Joseph Nye, Soft Power adalah kemampuan suatu negara untuk mencapai
keinginannya melalui atraksi, termasuk kebudayaan, nilai, kebijakan luar
negeri, dan sejenisnya yang tidak terkait dengan unsur ‘pemaksaan’. Pemaksaan
yang dimaksud lebih mengarah pada kekuatan militer, embargo, atau kecaman.
Kemunculan Soft Power
·
Soft power muncul sebagai salah satu bentuk power selain hard
power dalam kegiatan hubungan internasional yang membawa implikasi pada
pelaksanaan diplomasi.
·
Soft power menjadi alat (tool) utama diplomasi masa kini
yang disebut soft diplomacy.
·
Kecenderungan
pelaksanaan soft diplomacy menggunakan aplikasi soft power dianggap
efektif dan efisien sehingga mudah untuk dilakukan tanpa harus menelan korban
dan menghabiskan biaya besar.
Soft, Hard, dan Smart Power
·
Muncul di
awal tahun 90-an dalam sebuah publikasi dari seorang ilmuan dan praktisi
kebijakan luar negeri berkebangsaan Amerika Serikat Bernama Joseph Nye.
·
Soft power – kekuatan atraksi yang membuat orang lain ‘ingin
melakukan apa yang kamu lakukan’ walaupun secara sukarela melalui kedekatan
budaya mereka dengan orang yang menggunakan kekuatan.
·
Soft power dilaksanakan oleh negara dengan damai dan sikap kerjasama.
·
Hard power – penggunaan paksaan dan pembayaran.
·
Smart power –
sebuah kombinasi antara soft power dan hard power. Kemampuan untuk
menggunakannya secara semestinya: model ekonomi nasional yang atraktif atau
operasi menjaga perdamaian yang efektif yang dilakukan oleh alat kelengkapan
negara (kekuatan militer) yang pada akhirnya dapat berkontribusi secara positif
pada citra internasional dari negara yang menyediakan kebijakan tersebut.
Kenapa Soft Power Penting?
Soft power adalah kemampuan untuk menarik dan mengkooptasi, bukan
dengan paksaan (hard power), yang menggunakan kekuatan atau memberi uang
sebagai sarana persuasi. Soft power adalah kemampuan untuk
membentuk preferensi orang lain melalui daya tarik.
“The
EU is a soft power. We do not want another war. Sanctions are the only
solution.”
(Jean-Claude
Juncker)
(Uni
Eropa adalah soft power. Kami tidak menghendaki adanya perang
yang lain. Sanksi-sanksi adalah satu-satunya solusi)
Bentuk-bentuk Soft Power
1.
Business/innovation
2.
Culture
3.
Government
4.
Diplomacy
5.
Education
Instrumen Diplomasi
Diplomasi
dilakukan melalui keinginan masing-masing pihak dengan sukarela dan hasilnya
memberikan kontribusi positif bagi setiap pihak yang terlibat.
Diplomasi dapat
diwujudkan melalui instrument dan teknik kebijakan luar negeri yang dijalankan
oleh suatu negara.
Ada empat prinsip utama dari instrumen diplomasi menurut Kautilya, yakni sama, dana, danda, dan bedha, maksudnya ialah perdamaian atau negosiasi, memberi hadiah atau konsensi, menciptakan perselisihan, mengancam atau menggunakan kekuatan nyata.
Bagian-bagian Budaya
1.
Seni/drama/musik
2.
Perilaku
3.
Kepercayaan
4.
Bahasa
5.
Kebiasaan
6.
Ritual
7.
Sikap
8.
Keimanan/Agama
9.
Makanan
Bahasa dan Diplomasi
·
Bahasa digunakan untuk mengungkapkan
kebutuhan-kebutuhan yang tidak kentara dari profesi diplomat.
·
Bahasa dalam diplomasi juga dapat diartikan
sebagai bentuk khusus, gaya, perilaku, atau nada dari sebuah ekspresi.
·
Bahasa juga bisa diartikan sebagai ekspresi verbal
dan non-verbal dari suatu pemikiran atau perasaan.
·
Keseluruhan arti-arti tersebut dapat digunakan
baik dalam praktik lisan maupun tulisan.
Bahasa Diplomasi
Bahasa yang dipergunakan di depan umum, misalnya dalam perundingan dengan
tujuan mempengaruhi audiens/komunikan.
Hubungan antara Lobi, Diplomasi, dan Negosiasi terhadap Komunikasi
·
Konsep lobi, diplomasi dan negosiasi merupakan
bagian dari konsep komunikasi secara umum yang bertujuan mempengaruhi, menarik
perhatian, menarik simpati, menyampaikan informasi dari dan atau ke seseorang,
kelompok, organisasi, perusahaan, lembaga negara, bahkan negara.
·
Selain itu, dalam konteks komunikasi, hal itu
tidak lepas dari realitas di mana setiap orang membutuhkan informasi.
·
Keberhasilan lobi, diplomasi, dan negosiasi tidak
lepas dari proses komunikasi yang baik.
·
Dalam konteks proses komunikasi, negosiator
memiliki peran sebagai komunikator yang mengawali proses terjadinya komunikasi
dalam negosiasi.
·
Karena itu, sebagai komunikator,baik itu
negosiator, lobbyst, dan diplomat harus dapat memahami kliennya yang di pihak
lain berperan sebagai komunikan.
Tugas Diplomasi
Menurut Hans J. Morgenthau, tugas diplomasi dibagi dalam empat pokok:
1.
Diplomasi harus membentuk tujuan dalam rangka
kekuatan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan tersebut. Suatu negara yang
ingin menciptakan tujuan-tujuan yang belum dicapai haruslah berhadapan dengan
suatu resiko untuk perang. Karena itu diperlukan adanya diplomasi untuk mencoba
mendapatkan tujuannya tersebut sesuai dengan kekuatannya.
2.
Di samping melakukan penilaian tentang
tujuan-tujuannya dan kekuatannya
sendiri, diplomasi juga harus mengadakan penilaian tujuan dan kekuatan dari
negara-negara lainnya. Dalam hal ini, suatu negara haruslah menghadapi resiko
akan terjadinya peperangan apabila diplomasi yang dilakukannya itu salah dalam
menilai mengenai tujuan dan kekuatan dari negara lain.
3.
Diplomasi haruslah menentukan dalam hal apa
perbedaan yang ada pada tujuan-tujuan itu dapat cocok satu sama lain. Diplomasi
harus dilihat kepentingan negaranya sendiri dengan negara lain cocok. Jika
jawabannya “tidak” maka harus dicari jalan keluar untuk merujukan
kepentingan-kepentingan tersebut.
4.
Diplomasi harus menggunakan cara-cara yang pantas
dan sesuai seperti kompromi, bujukan, bahkan kadang-kadang ancaman kekerasan
untuk mencapai tujuan.
Faktor Penting Diplomasi
1.
Adanya hubungan antarbangsa untuk merintis kerjasama
dan persahabatan.
2.
Hubungan tersebut dilakukan melalui pertukaran
misi diplomatik, termasuk pejabatnya.
3.
Pejabat
tersebut harus diakui statusnya sebagai agen diplomatik.
4.
Diberikan kekebalan dan hak istimewa.
Nation Brand Hexagon
1.
People
2.
Tourism
3.
Exports
4.
Governance
5.
Investment
and immigration
6.
Culture
and heritage
Studi Kasus - Cara Cina Membina Hubungan Kerjasama
·
Ide yang
dikembangkan Cina meliputi:
1.
Responsible power (kekuatan tanggung jawab),
2.
New security concept (konsep keamanan baru),
3.
Peaceful rise and development (perkembangan pedamaian
dan pembangunan), serta
4.
Good neighbor policy atau kebijakan bertetangga yang baik.
Ide ini terutama diimplementasikan dalam hubungan kerjasamanya dengan
negara-negara sekawasan. Termasuk pula dalam kerjasamanya di sektor
pengembangan minyak (lihat Cho & Jeong, 2008: 455)
·
Sebagai
bagian dari strategi keamanan social, Cina berupaya untuk membangun jaringan
relasi yang baik dan kuat.
·
Relasi ini
dilakukan dalam rangka membentuk kerjasama di sektor produksi minyak terutama
dengan negara-negara produsen minyak secara bilateral.
·
Hu Jintao
berpendapat bahwa dalam bekerjasama di sektor pasar minyak internasional, harus
didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu (persamaan, timbal balik, keuntungan
bersama serta penguatan kerjasama dengan negara-negara produsen minyak lain) (Jintao
Written Declaration at the Saint Petersburg G8 meeting dlam Niquite 2007: 15).
China’s
Concept of Power
Military Power:
Intervention with military action, coercion.
Non-military
Power: Economic power to control others, soft power.
Referensi
1.
Chong,
Alan. 2007. Foreign Policy in Global Information Space Actualizing Soft Power.
New York: Palgrave MacmillanTM
2.
Nye,
Joseph S. 2004. Soft Power the Means to Success in World Politics. New York:
Public Affairs.
3.
Cho, Young
Nam and Jong Ho Jeong. 2008. China’s Soft Power: Discussions, Resources, and
Prospects. University of California Press. Asian Survey, Vol. 48, No. 3
(May/June 2008), pp. 453-472.
4.
Trunkos,
Judit. 2013. What is Soft Power Capability and How Does it Impact Foreign
Policy. Carolina: University of South Carolina.
Sumber: Kuliah mingguan Diplomasi Budaya Bersama Dr. Fahmy Lukman,
M.Hum. (9 Oktober 2019)