Malaikat Maut yang Berlibur: Ulasan Film Meet Joe Black (1998)
Judul yang aneh. Dan
memang demikian adanya. Oleh karena itu, sebelum membaca tulisan ini, harap
untuk bersikap bijak, berpikir terbuka, serta tidak perlu memberikan penilaian menggunakan
sudut pandang kepercayaan tertentu. Pasalnya tulisan ini tidak lain hanyalah
ulasan dari sebuah karya fiksi yang merupakan bagian dari karya sastra, yakni
film. Perlu diakui -kalau pun pembaca tidak mau mengakui itu terserah- bahwa
sering kali karya sastra melampaui batas-batas normal dan kewajaran dalam
realitas kehidupan. Sifatnya yang utopis sering kali membuat penikmatnya
tenggelam ke dalamnya dan sementara waktu lupa pada kenyataan sendiri yang ia
alami. Bagaimana tidak, mungkin kenyataan yang dialami tidak seindah
gagasan-gagasan utopis yang ada dalam benak. Mau berusaha lari dari kenyataan?
Boleh, asalkan larinya menuju kepada kenyataan yang lainnya, bukan pada mimpi
yang tak mungkin bisa dicapai atau angan-angan panjang yang tak bertepi. Kok
saya jadi merasa prolognya terlalu panjang ya? Biarlah, peduli apa mesin
penelusuran dengan jumlah kata pada tulisan acak seperti ini. Baiklah, saya
mulai saja ulasannya di paragraf selanjutnya.
Baca juga: Kumpulan
Kisah Pilu Berbagai Masa (Ulasan Novel Tere Liye – Sepotong Hati yang Baru)
Perihal informasi umum
dari film ini dapat dengan mudah kalian temukan di mesin penelusuran internet.
Mulai dari nama produser, nama-nama pemeran, perusahaan produksi, hingga tahun
rilis dan informasi lainnya. Secara singkat film ini dibintangi oleh tiga
pemeran utama, yakni Anthony Hopkins yang berperan sebagai William Parrish,
Brad Pitt yang berperan sebagai pria yang dirasuki malaikat maut atau juga
malaikat maut itu sendiri yang memanggil dirinya dengan nama Joe Black, dan Claire
Forlani sebagai Susan Parrish, anak bungsu dari William Parrish.
Diceritakan bahwa Susan
Parrish adalah seorang perawat dan ayahnya William Hopkins merupakan seorang
presiden di perusahaan ternama. Kalau tidak salah perusahannya bergerak di
bidang komunikasi. Kalau salah bisa dikoreksi nanti bagi yang minat. Saya
menduga awalnya karakter utama dari film ini adalah tokoh yang diperankan oleh
Brad Pitt, yakni Joe Black. Alasannya adalah karena nama judul filmnya sendiri mencantumkan
nama Joe Black dan poster filmnya menggunakan wajah Brad Pitt serta Claire Forlani
yang sedang saling bertatapan. Tetapi setelah saya menonton filmnya saya
menyimpulkan bahwa tokoh utama yang sebenarnya adalah William Parrish yang
diperankan oleh Anthony Hopkins. Alasannya sederhana. Pertama, dia merupakan karakter
pertama yang muncul dan kedua karena dengan meninggalnya William Parrish
menandai akhir dari film Meet Joe Black Ini.
Singkat cerita, di pagi
yang cerah, di suatu kota yang ramai, di sebuah salah satu kedai minum, Susan
bertemu dengan seorang pria tampan dan menarik. Sejak saat itu, Susan jatuh
hati pada pria itu meski dia belum tahu namanya. Mungkin ini yang dinamakan love
at first sight. Memang ada? Ya, nggak tahu kok tanya saya. Rasakan saja
sendiri. Tanpa Susan ketahui, pria itu mati tertabrak dan tubuhnya digunakan oleh
sosok yang mengaku malaikat kematian. Sejak jauh hari malaikat kematian ini
selalu menghantui William. Hingga di saat waktunya ia muncul di hadapan
William, ia memberikan waktu hidup tambahan kepada William untuk menuntaskan apa
yang belum ia selesaikan semasa hidupnya. Enak banget ya kalau hal seperti ini
terjadi. Orang yang mau meninggal dikasih waktu tambahan untuk menyelesaikan apa
yang belum ia selesaikan di dunia. Tapi hal seperti itu mana ada di dunia
nyata. Eh, tapi memang ada?
Rangkuman filmnya saya
potong-potong saja. Jadi pembaca penasaran dan ingin menonton filmnya. Tapi
jika pembaca di sini sudah menonton filmnya, berarti saya gagal membuat pembaca
penasaran. Mau bagaimana lagi, saya terima kegagalan ini. Barangkali dengan ini
jatah gagal saya semakin sedikit. Saya lanjutkan. Hal yang ingin diselesaikan
William secara garis besar ada dua, pertama keluarganya terutama Susan yang
belum menemukan pasangan hidup yang akan membuatnya bahagia, dan kedua perusahaannya
yang ingin ia benahi dan terbebas dari para penghianat. Dan di akhir cerita
setelah semua ini tercapai William baru pergi bersama malaikat maut yang
menjemputnya. Namun sosok pria mati yang tubuhnya digunakan malaikat maut itu
kembali hidup entah bagaimana caranya.
Hal yang menjadi pusat
perhatian saya adalah saat malaikat maut itu merasakan jatuh hati pada Susan.
Kok, bisa sih malaikat jatuh cinta pada manusia? Lupa, namanya juga film. Apa
pun bisa terjadi. Termasuk hal-hal yang mustahil dan di luar nalar. Sudah menjadi
hal lumrah ini. Hal lain yang ingin saya garis bawahi adalah tentang adanya adegan
ranjang di film ini. Malaikat maut bercumbu dengan manusia. Sebenarnya ini
pertanyaan lama yang mungkin sudah terjawab. Banyak dari film bergenre romantis
dari Barat selalu dibumbui oleh adegan demikian. Saya menduga ada dua
kemungkinan tentang hal itu. Kesatu, adalah cerminan budaya yang ada di Barat.
Bahkan hal tersebut tidak mesti terjadi pada orang yang berpacaran, selagi
nyaman dan suka sama suka ya sok saja begitu bagi mereka. Begitu kah?
Tidak cukup hanya untuk
budaya mereka saja, saya menduga adanya upaya penyebaran budaya yang demikian
kepada seluruh masyarakat global. Hingga kelak mungkin hal tersebut dapat
dinilai normal. Atau mungkin sejak awal hal tersebut normal dalam budaya Barat?
Bukan bermaksud berprasangka buruk, ini hanya sebuah kewaspadaan. Apalagi untuk
orang tua yang punya anak berusia di bawah umur. Tanpa maksud mendiskreditkan
pihak mana pun. Lagi pula saya tidak pernah melakukan penelitian ilmiah tentang
hal tersebut. Jadi jangan terlalu dianggap serius. Ingat, kita sedang
membicarakan film. Tampaknya saya terpengaruh teori konspirasi di sini.
Baiknya saya akhiri dulu
tulisan kali ini sebelum saya jauh membahas hal-hal lain yang sejatinya tidak
berhubungan sama sekali dengan film yang saya ulas. Tidak lupa, sebelum menutup
tulisan ini, selalu saya cantumkan nilai atau pelajaran yang saya dapat dari
apa yang saya ulas. Memang agak terasa memaksa, tapi ya mohon dimaklumi, hal
tersebut semestinya ada dalam setiap karya sastra. Dari film Meet Joe Black
ini saya mengambil sisi positif: 1) Selalu berbuat baik hingga ajal menjemput; 2)
Sayang keluarga; 3) Jadi ayah yang bertanggung jawab dan mendidik keluarganya dengan
baik; dan masih banyak lagi. Baiknya pembaca menonton langsung filmnya. Memang
film lama, tapi tak ada salahnya sambil mengisi waktu sibuknya. Enak saja bilang
waktu luang. Terima kasih sudah menyimak.
Baca juga: Gramatika
Dasar Bahasa Korea