Profil Negara Libya
Pendahuluan
Salah satu negara di kawasan Timur Tengah yang kaya akan kandungan
minyak buminya adalah Libya. Libya merupakan negara yang terletak di kawasan
Afrika Utara dan termasuk anggota al-Jami’at al-Arabiyah atau Liga Arab. Libya
menjadi aggota liga arab sejak tahun 1953. Negara ini memiliki luas 1.749.000 m2
dengan jumlah penduduk sekitar 3.648.000 jiwa pada tahun 1984. Posisi Libya
terletak di sekitar wilayah laut tengah yang menjadi penghubung antara benua
Asia, Afrika dan Eropa.
Negara beribu kota Tripoli ini menjadi salah satu negara Afrika
yang yang rawan terjadi konflik baik internal maupun eksternal. Tercatat
beberapa kali negara ini mengalami pemutusan berbagai hubungan diplomatik dari
negara-begara lain, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Chad. Juga sempat
terjadi upaya-upaya kudeta terhadap pemimpin negara ini yang dilakukan oleh
rakyatnya sendiri. Baik oleh kalangan sipil maupun militer yang tergabung dalam
berbagai gerakan oposisi yang ada di Libya.
Awalnya Libya adalah negara yang menganut sistem kerajaan
konstitusional, berubah jadi sosialis seperti halnya negara-negara komunis,
lalu kemudian berubah menjadi negara republik. Ketika pemerintahan Muammar el-Qadafi,
Libya mulai menjadi sorotan dunia dikarenakan keagresifannya dalam upaya
menyatukan wilayah-wilayah di Afrika Utara di bawah pemerintahan yang satu.
Namun upaya ini gagal dan tidak membuahkan hasil. Libya mendapat penentangan
dari banyak negara, bukan hanya negara di kawasan Afrika Utara sendiri tetapi
juga dari negara-negara lain yang ada di dunia termasuk negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sejarah Libya
Para ahli sejarah dan arkeolog tidak ada yang mengetahui secara
pasti mengenai awal mula Libya ada. Meskipun di gua Libya Selatan tepatnya di
daerah Sahara ditemukan berbagai lukisan hewan seperti gajah, badak, jerapah
dan hewan lainnya yang usianya ada yang diperkirakan telah mencapai 10.000 tahun,
namun hal itu tidak bisa menjadi petunjuk kapan Libya pertama kali ada. Tidak
ada peninggalan-peninggalan bersejarah berharga lainnya yang dapat ditemukan di
Libya selain dari pada pusaka yang ditinggalkan oleh bangsa Berber yang
diperkirakan berusia sekitar 4.000 tahun yang lalu dan beberapa puing-puing
bangunan bekas pemukiman bangsa Funisia, Yunani dan Romawi.
Bangsa pertama yang dikenal bermukim di Libya adalah bangsa Berber
yang diperkirakan datang sekitar 2.000 tahun sebelum masehi. Sekitar abad ke-7,
lalu datang bangsa Funisia menduduki daerah yang ditempati bangsa Berber
sehingga mendesak bangsa Berber dan akhirnya berpindah ke daerah gurun. Pada
saat yang sama, bangsa Yunani datang dan menduduki wilayah Sirenaika. Lalu
setelah itu, bangsa Romawi datang dan menguasai wilayah Libya bagian utara dan
menggabungkannya menjadi wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Kemudian, selama
abad ke-5, bangsa Vandal datang dari Spanyol melalui Laut Tengah dan mengusir
bangsa Romawi dari Libya. Hingga akhirnya sekitar tahun 643 M bangsa Arab
datang dan menduduki wilayah Libya.
Pada abad ke-16, Libya dikuasai oleh Turki Utsmani sampai tahun
1911 M. Setelah Turki Ustmani menarik diri dari Libya, Libya dikuasai oleh
Italia. Ketika Perang Dunia II berlangsung, Libya diduduki dan diperintah oleh
Inggris dan Prancis hingga akhirnya merdeka pada tahun 1951. Seorang emir di
Sirenaika, Mohammad Idris el-Sanusi diproklamirkan menjadi Raja Idris I dan
memimpin Kerajaan Konstitusional Libya hingga akhirnya digulingkan oleh kudeta
militer yang dipimpin oleh Kolonel Muammar el-Qadafi pada tahun 1969.
Penduduk Libya dan Mata Pencahariannya
Penduduk utama yang tinggal di Libya adalah bangsa Arab dan bangsa
Berber. Selain dari dua bangsa tersebut, juga ada sebagian kecil bangsa
Italia,Yunani dan Malta. Bahasa Arab menjadi bahasa resmi, namun bahasa
Inggris, Italia dan Berber juga masih digunakan. Meskipun bangsa Berber telah
terlebih dahulu menempati wilayah Libya, namun tampaknya dominasi bangsa Arab
di Libya menyebabkan banyak terjadi asimilasi budaya antara bangsa Berber dan
bangsa Arab selama berabad-abad yang merupakan bangsa yang datang lebih
belakang daripada bangsa Berber.
Sebagian bangsa Arab yang berada di Libya bermukim di kota
Sirenaika. Sebagian lagi ada yang hidup mengembara dan berpindah-pindah. Mata
pencaharian mereka sebagian besar adalah beternak kambing dan biri-biri dan
bertani. Mereka bertani di daerah pegunungan hijau di daerah Sirenaika yang
ditumbuhi banyak gandum hitam, kurma, anggur dan buah-buahan lainnya. Orang Arab
yang tinggal di daerah Tripolitania sangat mengggantungkan hidup mereka pada
hasil pertanian. Mayoritas penduduknya bermukim di ladang-ladang sepanjang
pantai.
Selain di daerah pegunungan dan pantai, orang Arab yang tinggal di
Libya juga ada yang tinggal di daerah oasis meskipun terpencar-pencar. Oasis
ini umumnya merupakan pedesaan padat dengan jalan-jalan yang sempit.
Rumah-rumah yang dibangun masyarakat Arab yang tinggal di sini terhitung sempit
dan berbentuk jajar genjang. Masyarakat yang hidup di daerah oasis di wilayah
Tripolitania ini bekerja memintal keranjang, menyamak kulit dan membuat
gerabah. Mereka juga bertani, meskipun hanya terbatas di kawasan yang hanya ada
airnya. Bekerja sebagai peternak onta dijadikan alternatif ketika kesulitan
memperoleh pekerjaan. Sebagian masyarakat setempat beranggapan bahwa bekerja
sebagai peternak onta adalah pekerjaan mulia. Meskipun pada akhirnya masyarakat
pedesaan yang tinggal di daerah oasis kebanyakan berpindah ke Libya bagian
utara yang merupakan pusat perkotaan dan industri. Terutama setelah
ditemukannya minyak bumi.
Perekonomian di Libya
Setelah ditemukannya ladang minyak bumi utama di Libya sekitar
tahun 1959, perekonomian Libya mengalami perkembangan yang sangat pesat
dibandingkan sebelum ditemukannya ladang minyak bumi. Minyak menjadi
penghasilan utama Libya dan menjadi penghasilan devisa utama bagi negara itu.
Hampir 95% produk ekspor Libya adalah minyak bumi sehingga Libya dikenal
sebagai salah satu negara produksi minyak yang terkemuka di dunia.
Dengan ditemukannya minyak, bukan berarti Libya tidak lagi
memproduksi sayur-sayuran dan buah-buahan. Meskipun minyak telah menjadi produk
ekspor utama Libya, tetapi sekitar tiga perempat penduduknya masih bekerja
sebagai petani dan peternak. Komoditi utama yang dihasilkan dari hasil
pertanian diantaranya adalah buah jeruk, biji-bijian, sayuran, kurma dan
zaitun. Daerah yang paling banyak menghasilkan hasil sayuran adalah daerah
oasis di wilayah Libya sebelah selatan. Selain itu, penduduk Libya juga telah
banyak yang bekerja di kantor-kantor, baik milik pemerintah maupun milik
swasta, bank, dan juga toko-toko yang sebelumnya posisi-posisi tersebut
diduduki oleh orang asing dan pendatang baru.
Agama yang Berkembang di Libya
Hampir sekitar 97%, penduduk Libya memeluk agama Islam yang
merupakan agama resmi negara. Hal ini tidak terlepas dari jasa Sayyid Muhammad
bin Ali el-Sanusi yang pada sekitar 1884-an melakukan berbagai dakwah keislaman
hingga ke masyarakat di daerah pedalaman. Dakwahnya banyak yang menekankan
kepada ajaran yang berisi penekanan tentang keharusan kembali kepada ajaran Islam
yang murni. Dakwahnya juga merupakan reformasi yang didasarkan kepada al-Qur’an
dan Sunnah. Ia menekankan tentang keharusan menjadikan al-Qur’an sebagai sumber
rujukan dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, Sayyid Muhammad bin Ali
el-Sanusi juga banyak mendirikan berbagai Zawiyah, yaitu semacam lembaga
pendidikan Islam seperti pesantren di berbagai daerah di Libya. Setiap zawiyah
dipimpin oleh seorang syaikh yang ditunjuk oleh Sayyid Muhammad. Syaikh itulah
yang nantinya akan mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat setempat. Juga
bertindak sebagai administrator, hakim, juru damai, dan pemimpin keagamaan.
Pendidikan di Libya
Pemerintah Libya mengalokasikan sebagian besar pendapatan dari
minyak bumi untuk kepentingan pendidikan. Sebelum tahun 1960, hanya sedikit
anak-anak di Libya yang mampu bersekolah, itupun kebanyakan tidak sampai
jenjang pendidikan yang tinggi. Mereka juga hanya bersekolah di daerah-daerah
kota dikarenakan jumlah sekolah masih sedikit pada saat itu. Semenjak tahun
1960-an dan setelah ditemukannya ladang minyak bumi yang besar di Libya,
pemerintah banyak mendirikan berbagai sekolah di seluruh wilayah negara.
Pendidikannya pun gratis, tidak dipungut biaya untuk semua jenjang sekolah
dasar. Anak-anak sejak usia 6 tahun sudah diwajibkan untuk bersekolah.
Selain dari jenjang pendidikan dasar dan menengah, di Libya juga
didirikan banyak universitas. Adapun universitas-universitas yang terkenal di
Libya antara lain Universitas Alfatah di Tripoli, ibu kota Libya, Universitas
Gariyounis yang kampusnya berada di kota
Benghazi dan Beida (kedua universitas itu pada awalnya lebih dikenal
dengan nama Universitas Libya), dan Universitas Teknik Bright Star yang
didirikan pada tahun 1981.
Sistem Pemerintahan Libya
Saat ini, Libya menjalankan suatu sistem pemerintahan yang
merupakan gabungan antara prinsip sosialisme dan Islam. Menurut konstitusi yang
berlaku di Libya, pemerintahan dijalankan oleh seseorang melalui berbagai
organisasi politik dan berbagai tahapan/tingkat. Dalam teorinya, organ utama
pemerintah adalah Kongres Umum Rakyat. Tetapi, Kongres Umum Rakyat ini tidak
menjalankan sidang secara rutin sebagaimana kongres-kongres yang berada di
negara lain. Kongres Umum Rakyat yang terdapat di Libya hanya melakukan sidang
sewaktu-waktu saja, sedangkan kekuasaan didelegasikan kepada Sekretaris
Jendral. Urusan yang berkenaan dengan rakyat sehari-hari ditangani oleh Komite
Umum Rakyat yang fungsinya adalah bertindak seperti kabinet.
Salah satu pemerintahan di Libya yang paling terkenal sampai saat
ini adalah masa pemerintahan Muammar el-Qadaffi. Pada waktu itu, Qadaffi tidak
memegang jabatan komite, atau kongres yang telah disebutkan tadi, melainkan
hanya bertindak sebagai pemimpin Libya. Berbagai usaha kudeta sempat mewarnai
masa pemerintahan Qadaffi. Diantarnya yaitu usaha kudeta yang terjadi di tahun
1986 dan tahun 1993. Namun semua usaha kudeta itu gagal.
Pemerintahan Qadaffi inilah yang pertama kali menggulingkan sistem
kerajaan yang ada di Libya dan merubahnya dengan sistem Republik. Usaha
kudetanya yang berhasil terhadap Raja Indis selaku raja pertama di Libya,
menyebabkan ia menjadi pemimpin Libya dan membatalkan penobatan raja
selanjutnya, yaitu Pangeran Hasan el-Sanusi. Selain dari hal-hal yang telah
disebutkan tadi, pada masa rezim Qadaffi inilah Libya menjadi negara agresi.
Usahanya untuk menyatukan dataran Afrika Utara menuai kecaman dari berbagai
negara, terutama agresi Libya yang dilakukan kepada negara Chad.
Simpulan
Berbicara mengenai suatu negara, beserta seluk beluknya, mungkin
takkan pernah ada yang sampai mampu menjabarkan keseluruhannya. Namun, untuk
beberapa aspek, hal itu dapat diperbincangkan walaupun secara singkat. Hal yang
dapat menjadi ringkasan dari pembahasan mengenai negara Libya di atas adalah
bahwa, sejarah mengenai bagsa pertama yang menduduki Libya dan kapan Libya
ditemukan, masih belum dapat dipastikan. Bangsa terbesar yang sampai saat ini
menjadi penduduk Libya adalah bangsa Berber dan Arab, sisanya adalah sebagian
kecil keturunan bangsa Italia, Yunani dan Inggris.
Mata pencaharian sebgaian bessar penduduk Libya adalah petani dan
peternak. Adapaun setelah ditemukannya ladang minyak bumi, sebagian penduduk
Libya banyak yang berpindah ke sektor industri. Agama resmi negara adalah Islam
dan 97% penduduk Libya beragama Islam. Pendidikan baru mengalami kemajuan sejak
tahun 1960. Sistem pemerintahan adalah Republik dengan menggabungkan prinsip
sosialisme dan Islam.
Referensi
Esiklopedi
Islam Indonesia 6 Edisi Khusus. 1997. Jakarta:
PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Ensiklopedi
Islam 3. 1994. Jakarta: PT. Ichtiar
Baru-Van Hoeve.
Ensiklopedi
Negara dan Bangsa Edisi Bahasa Indonesia. 1987. Jakarta: Glorier International, Inc.
http://www.biografiku.com/2011/09/biografi-moammar-khadafi-diktator-libya.html?m=1