30 Tanda-tanda Isim
Kelompok kedua dari tanda-tanda isim adalah
kelompok tanda isim yang masuk pada akhir isim yang merupakan kebalikan dari
kelompok kesatu. Sehingga jika ingin menemukan tanda-tanda ini perlu melihat
akhiran dari isim yang terkait. Setelah diklasifikan, kurang lebih ada sekitar
sepuluh tanda isim yang letaknya di akhir isim, yaitu sebagai berikut.
1.
Yā‘ nisbat (ياء النسبة)
Yā‘ nisbat merupakan huruf yang biasa
digunakan untuk menisbatkan suatu hal kepada hal lain yang biasanya merupakan
hipernim dari kata yang dinisbatkan. Nisbat sendiri secara sederhana adalah menyandarkan
hiponim pada hipernimnya atau yang semisal dengannya, seperti menyandarkan
orang pada asal negaranya, aliran yang dianutnya dan sebagainya. Yā‘ nisbat
diletakan pada akhir kata benda dengan mengharuskan huruf sebelumnya berharkat
kasrah. Penambahan yā’ nisbat merupakan salah satu cara untuk menisbatkan kata
benda disamping dengan shigat. Berikut merupakan contoh kata benda (isim) yang
dimasuki oleh yā‘ nisbat.
العُلوِيُّ
السُّفلِيُّ
2.
Tā’ ta’niṡ
muntaqilah (تاء التأنيث المنتقلة)
Yang dimaksud dengan tā’ ta’niṡ muntaqilah tidak
lain adalah tā’ ta’niṡ mutaḥarrikah atau tā’ ta’niṡ yang menerima harkat yang
merupakan tanda bagi isim. Ketentuan menerima harkat ini membedakan antara tā’
ta’niṡ yang menjadi tanda bagi kata kerja dalam bahasa Arab atau fi’il dan tā’
ta’niṡ yang menjadi tanda isim. Tā’ ta’niṡ yang menjadi tanda fi’il adalah tā’
ta’niṡ yang tidak menerima harkat atau biasa disebut tā’ ta’niṡ sākinah. Contoh
dari isim yang dimasuki oleh tā’ ta’niṡ muntaqilah, diantaranya sebagai
berikut.
مُؤْمِنَةٌ
مُسْلِمَةٌ
3.
Alif maqṣūrah (الف المقصورة)
Definisi dari alif maqṣūrah dalam terminologi ilmu bahasa Arab khusunya ilmu nahwu
yaitu alif lazimah yang terletak di akhir sebuah kata di mana huruf sebelumnya
mesti berharkat fathah. Alif maqṣūrah merupakan huruf zaidah, bukan merupakan
huruf asal dari suatu kata. Selain sebagai salah satu tanda yang menunjukkan
bahwa suatu kata adalah isim, alif maqṣūrah juga menandakan bahwa kata tersebut
menunjukkan kepada gender feminin. Meski merupakan alif, tetapi alif maqṣūrah
ditulis dalam bentuk huruf yā’ tanpa titik (ى). Contoh
dari isim yang dimasuki oleh alif maqṣūrah adalah sebagai berikut.
الهُدَى
الكُبْرَى
4.
Hamzah mamdūdah lil muannaṡ (همزة الممدودة للمؤنث)
Sebagian literatur menyebutnya dengan alif
mamdūdah, tetapi penulis lebih cenderung kepada literatur lain yang menggunakan
term hamzah mamdūdah. Hal tersebut dikarenakan penulis kembali kepada ketentuan
dasar bahwa alif tidak menerima harkat sebagaimana hamzah. Tetapi memang,
posisi hamzah mamdūdah ini terletak di akhir kata setelah ada alif terlebih
dahulu yang mendahuluinya. Bahkan disebutkan bahwa hamzah mamdūdah asalnya adalah
alif yang ditukarkan kepada hamzah. Sehingga baik menggunakan istilah alif atau
hamzah keduanya adalah benar. Seperti alif maqṣūrah, hamzah mamdūdah juga
menunjukkan kepada gender feminin. Contoh isim yang dimasuki hamzah mamdūdah
lil muannaṡ yaitu sebagai berikut.
صَحْرَآءُ
بَيْضَآءُ
5.
Tanwin tamkin pada isim mu’rob (تنوين التمكين في المعربات)
Tanwin tamkin merupakan sebutan untuk tanwin
yang masuk kepada isim mu’rob. Isim mu’rob sendiri secara sederhana adalah isim
yang akhir harkatnya menerima perubahan secara lafẓī. Contoh isim yang dimasuki
oleh tanwin tamkin yaitu:
مَرْكَزٌ
مَجْلِسٌ
6.
Tanwin tankir pada isim mabni (تنوين التنكير في المبنيات)
Kebalikan dari tanwin tamkin yang masuk pada
isim mu’rob, tanwin tankir merupakan sebutan bagi tanwin yang biasanya masuk
pada isim mabni. Isim mabni adalah isim yang harkat akhirnya tidak menerima
perubahan secara lafẓī karena menyerupai huruf (kata sambung). Contoh tanwin
tankir pada isim mabni adalah sebagai berikut.
صَهْ – صَهً
مَهْ - مَهً
7.
Tanwin tankir pada isim ghoir munsharif
bilamana makrifat lalu dinakirohkan (تنوين التنكير
فيما لا ينصرف إذا كان معرفة ثم نكر)
Selain masuk ke dalam isim mabni, tanwin
tankir juga masuk ke dalam isim ghoir munṣarif. Isim ghoir munṣarif adalah isim
yang tidak menerima tanwin karena menyerupai fi’il (kata kerja). Bilamana suatu
isim ghoir munṣarif pada mulanya ma’rifat atau menunjukkan kepada hal yang
khusus (definit), lalu bermaksud untuk dibuat menjadi umum, maka tinggal
dibubuhkan tanwin tankir ini di akhir kata tersebut. Contohnya seperti berikut
ini.
مِسْكَوَيْهِ – مِسْكَوَيْهٍ
شِبَوَيْهِ - شِبَوَيْهٍ
8.
Alif Nudbah (الف الندبة)
Alif nudbah merupakan alif yang terdapat pada
shigat nudbah. Nudbah merupakan ungkapan yang menyerupai nidā’, tetapi sebenarnya
tidak dimaksudkan untuk memanggil, hanya untuk mengekspresikan luka, sakit,
kebingungan, dan hal-hal lain yang seperti itu. Jika dalam bahasa Indonesia,
mungkin seperti kata Ya ampun! Aduh!, atau seperti ungkapan interjeksi dalam
bahasa Inggris yang menunjukkan rasa sakit. Alif nudbah terletak di akhir kata yang
dijadikan nudbah. Meskipun bisa jadi tidak benar-benar terletak di akhir jika
setelahnya ditambahkan hā’ sakat. Tetapi penambahan hā’ sakat ini tidak wajib
dan hanya opsional jika nudbah tidak diwaṣalkan. Jika diwaṣalkan, penambahan ha’
sakat hanya diperbolehkan dalam kondisi mendesak seperti dalam gubahan syair. Contoh
alif nudbah yang terdapat pada isim yaitu sebagai berikut.
وَازَيْدَا \ وَازَيْدَاهْ
وَاظَهْرَا \ وَاظَهْرَاهْ
9.
Huruf taṡniyah (حروف التثنية)
Huruf taṡniyah adalah huruf-huruf yang
ditambahkan pada isim mufrad atau kata benda tunggal yang akan diubah menjadi
kata benda yang menunjukkan kepada dual atau yang disebut isim taṡniyah dalam
bahasa Arab. Huruf taṡniyah terdiri dari alif dan nun atau yā’ dan nun. Alif
dan nun digunakan jika isim sedang berada dalam kondisi nominatif atau rofa’. Sedangkan
bila isim sedang berada dalam kondisi akusatif dan genitif (nasab dan jarr) huruf
tambahan yang digunakan adalah yā’ dan nun. Berikut merupakan contohnya.
جَاءَ الْمَرْكَبَانِ
رَأَيْتُ الْمَرْكَبَيْنِ
10.
Huruf jama’ (حروف الجمع)
Jama’ yang dimaksud di sini adalah jama’ sahih
yang memiliki kriteria sama dengan isim taṡniyah yang dibentuk dengan
penambahan dua huruf di akhirnya. Yakni jama’ mużakkar salim atau kata benda
plural yang menunjukkan kelompok maskulin atau campuran maskulin dan feminin. Jama’
mużakkar salim dibentuk dengan menambahkan wawu dan nun di akhirnya ketika berada
dalam kondisi rofa’ atau yā’ dan nun ketika berada dalam kondisi nasab atau
jarr. Contohnya adalah sebagai berikut.
أُرْسِلَ الْمُرْسَلُوْنَ
الجَنَّةُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
Untuk tanda-tanda isim selanjutnya, akan
bersambung ke bagian ketiga. Agar tidak ketinggalan tentang kiriman selanjutnya
seputar tanda-tanda isim, silahkan aktifkan pemberitahuan dengan cara
memasukkan alamat email ke dalam kolom subscribe atau berlangganan yang
terletak di bawah untuk pengguna ponsel dan di sebelah samping kanan bawah
untuk pengguna komputer. Terima kasih.
Referensi:
Muhammad Ma’shum bin Salim As-Samaraniy, Tasywiqul Khalan.
Jalaluddin Abdul Rahman bin Abu Bakr As-Suyuti, Al-Asybahu wa An-Nadhairu.
Muhammad bin Abdullah bin Malik, Syarh ibn Malik ‘ala Alfiyah.
Tajudin Nur, Sintaksis Bahasa Arab.
Mantaaaap
ReplyDelete