Ilmu Nahwu dan Filosofi Kehidupan

Syair keutamaan ilmu nahwu dan bahasa Arab


Filosofi Ilmu Nahwu dalam Kehidupan

Ilmu nahwu merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berada pada wilayah 'ulumul 'arabiyah (ilmu-ilmu tata bahasa Arab). Ilmu ini menjadi ilmu yang bersifat pokok di samping ilmu shorof yang ada pada 'ulumul 'arabiyah. Ya, ilmu nahwu dikenal dengan ayah dari ilmu dan ilmu shorof dikenal sebagai ibunya ilmu. Hal tersebut sudah sejak lama kita kenal dari sebuah adagium berbahasa arab yang berbunyi: 

الصرف ام العلوم والنحو أبوها
Artinya: "Ilmu shorof itu adalah ibunya ilmu (tata bahasa arab) dan ilmu nahwu adalah bapaknya."
Hal tersebut sangat jelas sekali mengingat bahwa dengan kita memahami kedua ilmu tersbeut dapat menjadi kunci pembuka untuk dapat memahami ilmu-ilmu tata bahasa arab yang lainnya. Ilmu tata bahasa arab semuanya berjumlah 12 yang biasa dikenal dengan istilah fan ilmu dua belas. Adapun yang dimaksud dengan ilmu tata bahasa yang terdiri dari 12 fan itu yaitu:
1. Ilmu Nahwu
2. Ilmu Shorof
3. Ilmu Ma'ani
4. Ilmu Bayan
5. Ilmu Badi'
6. Ilmu 'Arudl
7. Ilmu Qawafi
8. Ilmu Qardlu Syi'ri
9. Ilmu 'Arudl
10. Ilmu Insya'
11. Ilmu Tarikh Al-Adab
12. Ilmu Rasm

Agar pembahasannya tidak melebar, maka sesuai judul untuk tulisan ini, penulis hanya akan berfokus pada hal-hal yang hanya berkaitan dengan ilmu nahwu saja.
Apa sebenarnya yang dimaksud oleh penulis tentang ilmu nahwu dan filosofi kehidupan?
Jawabannya mungkin akan sedikit dapat tergambar oleh teman-teman semua setelah selesai membaca tulisan di bawah ini.

Bagi teman-teman yang pernah atau sedang belajar ilmu nahwu, tentu sudah pernah mendengar istilah-istilah khas dalam ilmu nahwu yang tidak ditemukan di ilmu-ilmu bahasa arab yang lainnya. Seperti misalnya ada istilah taqdimul ma'mul alal 'amil, mubtada muakhar, isim dhomir, dan masih banyak lagi yang lainnya. Istilah-istilah tersebut ternyata dapat dijadikan suatu istilah dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang baik untuk diterapkan. Misalnya saja ada istilah isim mufrod di dalam ilmu nahwu. Mungkin secara letterlijk (bahasa Belanda) artinya yaitu kata yang menunjukkan kepada yang tunggal. Jika dimaknai sebatas itu, tidak akan ada filosofinya dan tidak ada nilai yang dapat diresepsi ke dalam kehidupan. Tetapi apabila kita memaknainya lebih jauh, maka dari isim mufrod tersebut  ada hal yang ternyata mengarah kepada ketauhidan. Di dalam ilmu tauhid, pokok bahasan yang paling utama yakni masalah ke-Mahaesaan Allah SWT. Apabila dikaitkan dengan istilah isim mufrod tadi, ternyata yang dimaksud dengan isim mufrod adalah allah SWT. Agar lebih mudah untuk memberikan contoh, maka penulis berinisiatif untuk menggunakan kitab Jurumiyyah sebagai contohnya. Apabila kita mengkaji kitab Jurumiyyah karya Syaikh Shonhaji, kita dapat menemukan istilah isim mufrod pertama kali di dalam Bab Ma'rifati 'Alamatil I'rob.

Isim mufrod merupakan salah satu kalimat ynag ditandai i'rob rofa'nya oleh dhommah. Isim mufrod menjadi kalimat yang disebutkan pertama kali sebelum jamak taksir, jamak muannats salim dan fi'il mudhori' yang shohihul akhir. Lalu kenapa isim mufrod didahulukan daripada ynag lainnya?
Apabila kita melihat terlebih dahulu kepada apa ynag dimaksud dengan rofa' sendiri, tentunya kita akan memahami apa maksud dari pengarang kitab Jurumiyyah yakni Syaikh Shonhaji mendahulukan isim mufrod. Rofa' dapat diartikan sebagai tinggi, luhur. Apabila kita terapkan kepada realita kehidupan, kita dapat mengartikan rofa' sebagai derajat yang luhur. Lalu kemudian 'alamat, yang berarti ciri kita sebut sebagai ciri, karakteristik, kiat-kiat, atau tips. Sehingga dari kata dalam redaksi:
للرفع أربع علامات
dapat kita artikan menjadi : ada empat kiat-kiat untuk mendapatkan derajat yang luhur/tinggi.
Lalu kemudian dilanjutkan dengan redaksi:
الضمة
Dhommah secara harfiah dapat diartikan berkumpul. Dan terakhir redaksi:
الإسم المفرد
Yang telah kita artikan di awal sebagai Nilai ketauhidan atau Allah SWT.
Dari arti-arti ynag telah kita jabarkan sebelumnya dapat kita buat kesimpulan seperti ini:
"Untuk mendapatkan derajat yang luhur, pertama-tama di dalam diri seseorang harus terkumpul nilai-nilai ketauhidan, yakni maqam muqarabah." artinya apa, seseorang yang ingin mendapatkan derajat luhur, senantiasa akan mendahulukan Allah di dalam segalanya. Dia akan senantiasa hati-hati dalam hidupnya karena tahu Allah mengetahui segalanya. Dalam hal apapun yang diingatnya adalah Allah. Sehingga kita kenal dengan ungkapan populer yang berbunyi: "Allah dulu, Allah lagi, dan Allah terus. Itulah ciri orang yang akan mendapatkan derajat mulia baik di hadapan makhluk bumi, makhluk langit, dan dihadapan Allah.

Demikian salah satu makna yang terkandung dalam ilmu nahwu. Contoh ini hanya salah satu contoh dari filosofi kehidupan yang terdapat dalam ilmu nahwu yang dapat kita terapkan di kehidupan sehari-hari. Bagi teman-teman yang masih penasaran silahkan dapat mencari dan mendalami sendiri, atau dapat meninggalkan pertanyaan atau tanggapan dari sudut pandang yang lain di kolom komentar. Selain itu, apabila terdapat kesalahan penulis mohon maaf dan kiranya teman-teman berkenan untuk memberikan perbaikan.

Terimakasih.





Post a Comment

Previous Post Next Post