Contoh Cerpen Sederhana: Ikan dan Plastik

 

Contoh Cerpen
Image by RosZie on Pixabay

Ikan dan Plastik

 

Azwan adalah murid kelas satu di SD Mekar Harum. Setiap hari, Azwan bersama teman perempuannya Naila, pergi bersama ke sekolah. Rumah Azwan dan rumah Naila berdekatan. Rumah Azwan dan Naila hanya terhalang oleh dua rumah tetangga yang lain. Azwan dan Naila berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Jarak antara rumah Azwan dan Naila dengan sekolah adalah lima ratus meter. Untuk sampai di sekolah, Azwan dan Naila harus melewati Sungai Citra Bening. Untuk pulang ke rumah, Azwan dan Naila melewati jalan yang sama.

Pulang dari sekolah, Azwan tiba-tiba melihat seekor ikan yang aneh di Sungai Citra Bening.

Azwan        : “Naila, coba lihat ikan itu, aneh ya.”

Naila           : “Iya, benar. Kenapa ikan itu berenang miring ya?”

Azwan        : “Ayo kita dekati.”

Naila           : “Ayo.”

            Azwan dan Naila mendekati ikan itu. Saat dilihat lebih dekat, ternyata ikan itu tersangkut sampah plastik di sungai. Ikan itu adalah ikan nila. Warnanya abu-abu dan ukurannya sama besar dengan ukuran telapak tangan Azwan.

Naila           : “Kasihan sekali ikannya.”

Azwan        : “Ayo kita bantu lepaskan plastiknya, Naila.”

Naila           : “Tapi Naila takut, Azwan saja yang melepaskannya, ya.”

Azwan        : “Tidak apa-apa kalau Naila takut, tapi lain kali Naila harus lebih berani

                     ya.”

Naila           : “Iya, nanti Naila akan coba.”

Kemudian Azwan dan Naila melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah. Tetapi, tiba-tiba Naila berhenti dan membuat Azwan bertanya.

Azwan        : “Ada apa, Naila?”

Naila           : “Naila hanya penasaran, apakah Azwan marah karena sikap Naila tadi?”

Azwan        : “Tentu saja tidak.”

Naila           : “Kenapa tidak?”

Azwan        : “Guru-guru kita selalu mengajarkan kita supaya kita tidak memaksakan

                     kehendak kepada orang lain.”

Naila           : “Oh, iya. Naila sekarang ingat. Terima kasih ya.”

Azwan        : “Sama-sama.”

            Setelah itu, Azwan dan Naila kembali ke rumah masing-masing.

 

*****

           

Hari berikutnya adalah hari Sabtu. Pada hari Sabtu SD Mekar Harum libur dan anak-anak tidak berangkat ke sekolah. Di hari itu, Azwan dan Naila biasanya bermain bersama teman-teman yang lain. Mereka semua biasa berkumpul di lapangan kampung. Lapangan itu tidak jauh dari Sungai Citra Bening. Azwan sudah hadir lebih dahulu. Kemudian Naila yang berikutnya datang. Teman-teman yang lain juga banyak yang datang. Ada Budi, Heru, Mawar, Yoga dan Nadia. Mereka semua adalah siswa-siswi kelas satu SD Mekar Harum. Sama seperti Azwan dan Naila. Rencananya mereka hari Sabtu ini akan bermain bola kasti.

Budi           : “Selamat pagi teman-teman.”

Azwan dan Naila    : “Selamat pagi. Apakah sudah datang semua?”

Mawar        : “Belum. Alina katanya sakit. Jadi tidak bisa ikut.”

Yoga           : “Sakit kenapa, Mawar?”

Mawar        : “Kata mamanya Alina sakit demam. Mawar tadi datang ke rumahnya

                     sebelum ke sini.”

Heru           : “Kalau tidak ada Alina, pembagian timnya jadi tidak seimbang ya.”

Nadia          : “Bagaimana jika hari ini kita tidak perlu bermain kasti dan bersama-sama

                     menjenguk Alina?”

Azwan, Naila, Heru, Yoga, Mawar            : “Ayo!”

Budi           : “Tapi apa yang mau kita bawa untuk Alina?”

Azwan        : “Di halaman rumah Azwan ada tanaman katuk. Kata ibu Azwan, sup

                     katuk baik untuk demam atau panas dalam.”

Yoga           : “Siapa yang bisa membuat sup katuknya?”

Nadia          : “Bibi Nadia pandai memasak dan rumahnya dekat dengan rumah Alina.”

Naila           : “Kalau begitu, ayo kita kumpulkan bahan-bahannya dan bawa ke rumah

                     bibinya Nadia.”

Heru           : “Heru akan membawa jagung untuk tambahannya.”

Budi           : “Baiklah, sekarang kita kembali ke rumah masing-masing dan membawa

                     bahan-bahan yang diperlukan. Lalu kita kembali berkumpul di sini dan

                     nanti bersama-sama ke rumah bibinya Nadia.”

Semuanya   : “Baik.”

Mereka kemudian pulang dan kembali berkumpul di tempat semula dengan membawa bahan-bahan yang diperlukan. Azwan membawa katuk satu ikat, Heru membawa jagung, Budi membawa wadah bertutup, Naila membawa garam, Yoga membawa lengkuas, dan Mawar membawa tas jinjing. Setelah berkumpul, mereka pergi bersama-sama ke rumah bibinya Nadia. Nadia menunjukkan jalannya. Teman-teman yang lain mengikuti dari belakang. Setelah sampai di rumah bibinya Nadia, mereka semua bersama-sama saling membantu membuatkan sup katuk untuk Alina dibantu bibinya Nadia. Setelah selesai memasak, mereka semua pamit ke bibinya Nadia sambil berterima kasih. Kemudian mereka berangkat bersama-sama menuju rumah Alina. Saat di perjalanan, mereka kembali melewati Sungai Citra Bening dan melihat banyak ikan yang tersangkut plastik.

Heru           : “Teman-teman, lihat... ikan-ikan itu tersangkut plastik.”

Naila           : “Ini sama seperti kemarin ya, Azwan.”

Azwan        : “Iya, kita harus membantu mereka. Tetapi kita harus mengantarkan sup

                     ini dulu ke rumah Alina.”

Budi           : “Tapi bagaimana jika ikan-ikan ini mati sebelum kita tolong?”

Mawar        : “Kita harus menjenguk Alina tapi juga harus menolong ikan-ikan ini.”

Yoga           : “Yoga punya ide. Bagaimana jika kita bagi dua kelompok, satu kelompok

                     menjenguk Alina dan satu kelompok lagi menolong ikan-ikan di sini

                     dulu?”

Nadia          : “Ide bagus. Tapi jika sudah selesai, teman-teman yang di sini harus

                     menyusul ke rumah Alina ya.”

Azwan        : “Siapa saja yang akan menolong ikan di sini?”

Naila           : “Kita berhitung saja, yang angkanya genap menjenguk Alina dan yang

                     angkanya ganjil menolong ikan.”

Semuanya   : “Setuju.”

Azwan        : “Satu.”

Naila           : “Dua.”

Mawar        : “Tiga.”

Budi           : “Empat.”

Yoga           : “Lima.”

Nadia          : “Enam.”

Heru           : “Tujuh.”

Azwan        : “Jadi Azwan, Mawar, Yoga dan Heru menolong ikan di sini.”

Naila           : “Berarti Naila, Budi dan Nadia yang menjenguk Alina.”

Mawar        : “Jika sempat, setelah kami menolong ikan, kami akan menyusul ke rumah

                     Alina.”

Azwan        : “Jangan lupa sampaikan ke Alina kami akan menyusul ya.”

Naila, Budi, dan Nadia       : “Baik.”

            Naila, Budi dan Nadia pergi menuju rumah Alina. Sedangkan Azwan, Mawar, Heru dan Yoga mulai mendekati sungai untuk menolong ikan-ikan yang tersangkut di plastik.

Yoga           : “Kasihan ya, ikan-ikan yang hidup di sungai ini.”

Azwan        : “Iya, banyak sekali sampah plastik yang dibuang ke sungai.”

Mawar        : “Kita tidak boleh membuang sampah sembarangan, apalagi sampah

                     plastik kata Ibu Mawar sangat berbahaya.”

Heru           : “Iya, kata guru-guru di sekolah kita juga bahaya.”

Azwan        : “Teman-teman, setelah selesai dari sini dan menjenguk Alina, ayo kita

                     laporkan tentang ini ke orang tua kita.”

Mawar        : “Iya, nanti orang tua kita akan menyampaikannya ke pak RT.”

Yoga           : “Ayah dan ibu Yoga akan sangat senang jika Yoga menyampaikan

                     pendapat.”

Azwan        : “Semoga, setelah ini, tidak ada lagi ikan yang tersangkut plastik dan

                     sungai ini menjadi bersih.

Mawar, Yoga dan Heru      : “Amin.”

 

*****

 

 


Post a Comment

Previous Post Next Post