Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan (role).
Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting dalam
sistem sosial.
1. Kedudukan
(Status)
Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan
hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang
memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur
masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya lebih rendah.
Menurut Mayor
Polak, status soaial adalah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam
masyarakat. Polak juga mengatakan bahwa status mempunyai aspek struktural dan
aspek fungsional.
Soerjono Soekanto juga membedakan status dan status
sosial. Status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sedangkan status sosial adalah sebagai tempat seseorang secara
umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, pretisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Status
Sosial ini terbagi atas:
Ascribed Status
Ascribed status merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah,
artinya posisi yang melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui
serangkaian usaha. Beberapa status sosial yang melekat pada seseorang yang
diperoleh secara otomatis adalah:
1)
Status perbedaan usia
Umumnya dalam masyarakat Indonesia terdapat
pembagian antara hak dan kewajiban antara orang-orang yang lebih tua dan yang
lebih muda. Misalnya dalam suatu kehidupan rumah tangga, anak yang usianya
lebih tua memiliki strata lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang lebih muda.
Bentuk lain dari penghormatan kepada yang lebih tua adalah dengan
mempersilahkan mereka untuk duduk di barisan depan.
2)
Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender
sex stratification).
Strata sosial berdasarkan jenis kelamin ini
dipengaruhi oleh adat tradisi dan ada ajaran agama yang membedakan antara hak
dan kewajiban berdasarkan jenis kelamin. Akan tetapi pergeseran sosial budaya
juga berpengaruh pada pergeseran peran wanita dimana kaum wanita terkadang
memiliki status sosial yang lebih tinggi dibanding dengan kaum laki-laki.
3)
Status didasarkan pada sistem kekerabatan.
Fenomena ini dapat dilihat dari berbagai peran yang
harus diperankan oleh masing-masing anggota keluarga dalam suatu rumah tangga.
Munculnya kedudukan kepala keluarga, ibu rumah tangga, dan anak-anak,
berimplikasi pada status dan peran yang harus diperankan oleh masing-masing
orang dalam rumah tangga. Seorang istri harus berbakti kepada suami dan suami
juga harus menghormati istri karena perannya sebagai pengasuh anak, pendidik
anak, dan sebagainya. Sedangkan anak-anak harus menaati nasehat orang tua dan
dari orangtuanya ia berhak mendapatkan kasih sayang.
4)
Stratifikasi berdasarkan kelahiran (born
stratification).
Seorang anak yang dilahirkan akan memiliki status
sosial yang mengekor pada status orang tuanya. Tinggi rendahnya seorang anak
biasanya mengikuti status orang tuanya.
5)
Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu (grouping
stratification).
Perbedaan ras yang sering kali menimbulkan pemahaman
sekelompok manusia tertentu memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
manusia lain. Pemahaman sebagian orang bahwa ras kulit putih lebih superior
dibandingkan ras kulit hitam, merupakan salah satu contohnya.
Achieved Status
Achieved status merupakan status sosial yang disandang melalui
perjuangan. Pola-pola ini biasanya banyak terjadi di struktur sosial yang telah
mengalami perubahan dari pola-pola tradisional ke arah modern. Lebih-lebih
dalam struktur masyarakat kapitalis liberal yang menekankan pada kebebasan
individu untuk mencapai tujuan masing-masing yang sarat dengan persaingan. Dalam
struktur seperti itu, biasanya struktur sosial lebih terbuka sehingga membuka
peluang bagi siapa saja untuk meraih status sosial ekonomi sesuai dengan tujuan
masing-masing. Beberapa contoh achieved status antara lain:
1) Stratifikasi
berdasarkan jenjang pendidikan (education stratification).
Jenjang seseorang biasanya memperngaruhi status
sosial seseorang di dalam struktur sosialnya. Seseorang yang berpendidikan
tinggi hingga bergelar doktor tentunya akan berstatus lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang lulusan SD.
2) Stratifikasi berdasarkan
senioritas
Gejala ini biasanya dikaitkan dengan profesi atau
perkerjaan yang dimiliki seseorang. Tingkat senioritas dalam berbagai lembaga
perkerjaan biasanya ditentukan berdasarkan tingkat tenggang waktu berkeja dan
jenjang kepangkatan atau golongan yang sering disebut dengan jabatan.
Biasanya jabatan seseorang dalam suatu lembaga perkerjaan
ditentukan oleh tingkat keahlian dan tingkat pendidikannya. Artinya semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang dan keahlian seseorang, maka akan semakin
tinggi juga jabatan yang disandangnya. Karena sistem lapisan sosial seperti ini
bersifat terbuka, maka bagi siapa saja bisa menempati status sosial yang relatif
dianggap lebih mapan asal mereka mempunyai kemampuan dan usaha yang gigih.
3) Stratifikasi berdasarkan
perkerjaan
Berbagai jenis perkerjaan juga berpengaruh pada sistem
pelapisan sosial. Banyak yang memiliki penilaian bahwa orang yang berprofesi
sebagai penarik becak, kuli bangunan, buruh pabrik dan para pekerja kantoran
yang berpakaian bersih, berpenampilan rapi, berdasi, mengendarai mobil, dan selalu
membawa ponsel memiliki perbedaan status sosial dalam masyarakat. Para pekerja
kantoran akan memiliki status sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok yang berprofesi sebagai penarik becak. Pola seperti ini juga
bersifat terbuka, artinya sistem pelapisan sosial seperti ini membuka peluang
bagi siapa saja yang memiliki kegigihan dalam usaha untuk meraihnya.
4) Stratifikasi berdasarkan
ekonomi
Gejala ini hampir ada diseluruh penjuru dunia. Yang
paling mudah diidentifikasi di dalam struktur sosial adalah didasarkan pada
besar kecilnya penghasilan dan kepemilikan benda-benda materi yang sering
disebut harta benda. Indikator antara kaya dan miskin juga mudah sekali
diidentifikasi, yaitu melalui pemilikan sarana hidup.
Orang kaya biasanya dapat dilihat dari tempat
tinggalnya yang berada di kawasan real estate elite dengan rumah mewah yang
dilengkapi dengan taman, kolam renang, memiliki mobil mewah, dan benda-benda
berharga lainnya. Sedangkan kelompok masyarakat miskin biasanya berada di kawasan
marginal (pinggiran), hidup di pemukiman kumuh, tidak sehat, kotor, dan
sebagainya. Adapun orang kaya di pedesaan biasanya diidentifikasi dengan
kepemilikan jumlah lahan pertanian, binatang ternak, kebun yang luas, dan
sebagainya.
Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau
kelompok orang dari pemberian. Akan tetapi status sosial yang berasal dari
pemberian ini sebenarnya juga tak luput dari usaha-usaha seseorang atau
sekelompok orang sehingga dengan usaha-usaha tersebut ia memperoleh
penghargaan.
2.
Peranan Sosial (Sosial Role)
Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang
dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan
status yang dimiliki. Seseorang dapat dikatakan berperan jika ia telah
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status sosial masyarakatnya.
Peranan juga didefinisikan sebagai kumpulan harapan
yang terencana dari seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat.
Dengan singkat, peranan dapat dikatakan sebagai sikap dan tindakan seseorang
sesuai dengan statusnya dalam masyarakat. Atas dasar definisi tersebut maka
peranan dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai aspek dinamis dari status.
Ciri pokok yang berhubungan dengan istilah peranan sosial
adalah terletak pada adanya hubungan-hubungan sosial seseorang dalam masyarakat
yang menyangkut dinamika dari cara-cara bertindak dengan berbagai norma yang
berlaku dalam masyarakat sebagaimana pengakuan terhadap status sosialnya.
Dalam pembahasan tentang aneka macam peranan yang
melekat pada individu-individu dalam masyarakat, Mario J. Levy Jr. mengatakan:
1) Bahwa
peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak
dipertahankan kelangsungannya.
2) Peranan tersebut
seyogyanya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk
melaksanakannya.
3) Dalam masyarakat
kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya
sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, oleh karena itu mungkin pelaksanaannya
memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak dari kepentingan-kepentingan
pribadinya.
4) Apabila semua
orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan
dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat
betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.
Referensi
Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Polak, Mayor.
YBAF. 1979. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkasan. Jakarta: Ikhtiar
Baru.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali.
________________. 1972. Pokok-Pokok Sosiologi. Jakarta:
Rajawali.
Soemardjan,
Selo dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta:
Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi.