30 Tanda-tanda Isim
Terdapat tiga kelas kata utama dalam bahasa
Arab, yakni kata benda (nomina), kata kerja (verba), dan kata sambung
(partikel). Kata kerja dalam bahasa Arab selain mengandung pekerjaan, juga
mengandung konsep waktu (kala) di mana hal ini tidak dikenal dalam bahasa
Indonesia. Konsep waktu dalam bahasa Indonesia tidak terkandung dalam kata
kerja melainkan berdiri sendiri dalam kata keterangan yang ditambahkan. Sedangkan
untuk kata sambung, dalam bahasa Arab cukup kompleks dikarenakan kata sambung
yang satu dengan yang lainnya sebagian dapat saling menggantikan dan bertukar
makna. Selain itu, sebagian kata sambung lagi memiliki makna lebih dari satu
sehingga untuk memahaminya perlu memperhatikan konteks.
Masing-masing dari tiga kelas kata utama yang
terdapat dalam bahasa Arab, dapat dikenali melalui tanda-tanda atau ciri-ciri
yang menjadi kekhususannya. Mengenal tanda-tanda pada ketiga kelas kata ini
sangat penting dalam bahasa Arab dikarenakan teks-teks berbahasa Arab umumnya
menghilangkan keterlibatan vokal dengan hanya menyisakan konsonan. Sedangkan
banyak kosa kata dalam bahasa Arab yang memiliki kesamaan atau kemiripan dalam
segi konsonan tetapi memiliki kelas kata yang berbeda yang tentu saja akan
memengaruhi terhadap proses pemaknaan.
Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan secara ringkas tanda-tanda dari salah satu kelas kata dalam bahasa Arab yakni kata benda. Kata benda sendiri dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah isim (اسم). Isim menurut pendapat penulis dirasa memiliki jumlah kosa kata paling banyak daripada kata kerja dan kata sambung. Selain memiliki jumlah paling banyak, penulis juga menduga bahwa tanda-tanda yang dimiliki isim merupakan tanda paling banyak yang sampai saat ini penulis temukan. Kurang lebih ada sekitar 30 (tiga puluh) tanda yang menandakan bahwa suatu kata dalam bahasa Arab dapat teridentifikasi sebagai sebuah kata benda. Meskipun apabila dirinci dan ditelisik lebih dalam lagi, tandanya dapat lebih banyak daripada tiga puluh. Tetapi untuk lebih menyederhanakan, di sini penulis hanya akan menuliskan tiga puluh saja. Ketiga puluh tanda tersebut terbagi lagi ke dalam empat kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok tanda yang masuk atau berada di depan kata benda. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut.
1.
Alif lam (ال)
Alif lam menjadi tanda bagi suatu kata agar dapat
dikategorikan sebagai kata benda sekaligus menjadi tanda kedefinitannya (kekhususannya).
Tanda alif lam tersebut tidak mesti menjadi tanda yang ada, dalam artian suatu
kata masih dapat dikenali sebagai kata benda bukan karena ada alif lam-nya,
tetapi karena dapat dimasuki oleh alif lam. Tidak ada kata lain selain kata
benda yang dapat dimasuki alif lam. Meskipun memang terdapat pengecualian dalam
hal kata kerja yang menjadi ṣilah mauṣul alif lam. Alif lam mauṣul dapat masuk ke dalam kata kerja menurut sebagian pendapat ahli. Contoh dari kata benda yang di dalamnya
terdapat alif lam diantaranya yaitu:
الحَمدُ
المَدِينَةُ
2.
Huruf jarr (حرف الجر)
Huruf jarr (huruf genitif) dalam aturan
dasarnya menjadi tanda khusus bagi kata benda. Fungsinya yaitu membuat akhir
kata benda menjadi berada dalam kondisi jarr (genitif). Karena menjadi tanda
khusus bagi kata benda, tidak akan ditemukan huruf jarr pada kata kerja atau
kata sambung. Bilamana huruf jarr ditemukan pada kata kerja dan kata sambung,
hal itu dikarenakan yang dimaksud dan dituju oleh huruf jarr tersebut bukan
merupakan kata kerja atau kata sambung yang sebenarnya, tetapi hanya kata
(lafal)-nya saja. Jumlah huruf jarr sendiri kurang lebih ada 20 menurut
sebagian pendapat yang populer. Perihal pembahasannya, mudah-mudahan dapat
penulis bahas lagi pada tulisan-tulisan berikutnya. Contoh kata benda yang di
dalamnya terdapat huruf jarr diantaranya yaitu:
رَجَعتُ مِنَ المَسجِدِ
ذَهَبتُ إِلَى الجَامِعَةِ
3.
Huruf nidā (حرف النداء)
Huruf nida digunakan dalam bahasa Arab untuk
memanggil benda hidup berakal atau suatu hal yang diserupakan dengannya yang
biasa dikenal dengan istilah munādā. Contoh kata benda yang dimasuki oleh huruf
nidā diantaranya yaitu:
يَا
فَرحَانُ
أَ
تَوفِيقُ
4.
Huruf nasab (حرف النصب)
Huruf nasab merupakan huruf-huruf yang
memiliki fungsi untuk membuat suatu kata berada dalam kondisi nasab (akusatif).
Memang huruf nasab tidak menjadi tanda khusus bagi kata benda, karena sebagian
huruf nasab juga ada yang masuk ke dalam kata kerja. Tetapi sebagian besar
huruf nasab hanya masuk ke dalam kata benda sehingga huruf nasab juga dapat
dimasukkan ke dalam tanda kata benda dengan memperhatikan mayoritasnya. Adapun contoh
huruf nasab yang masuk ke dalam kata kerja diantaranya yaitu sebagai berikut.
إِنَّ
الصِّدقَ يَهدِي إِلَى البِرِّ
كَأَنَّ
الشَّمْسَ لَا يُضِيئُ
5.
Laula imtina’iyyah (لولا امتناعية)
Laula imtina’iyyah merupakan salah satu tanda
bagi kata benda sekaligus memiliki fungsi menjadikan kata benda menjadi sebuah
syarat dalam jumlah syartiyyah (جملة شرطية). Syarat tersebut menjadi penghalang terjadinya sesuatu yang
terdapat pada jawab syaratnya. Sehingga sesuatu yang ada pada jawab syarat
hanya akan terjadi bilamana syarat yang dimasuki oleh laula imtina’iyyah, dalam
hal ini kata benda tidak ada. Contoh kata benda yang dimasuki oleh laula imtina’iyyah
diantaranya sebagai berikut.
لَولَا
الضَّمِيرُ لَفَهِمَ الحِمَرُ
لَولَا
النِّسَاءُ لَعُبِدَ اللهُ حَقَّ عِبَادَةٍ
6.
Imma tafshil (إِمَّا التَّفصِيل)
Imma tafshil merupakan huruf yang berfungsi
sebagai kata penghubung yang menghubungkan suatu rincian yang terdiri dari beberapa
kata benda. Hubungan yang terjadi antara kata benda yang dimasuki oleh imma
tafshil adalah hubungan komparatif atau perbandingan. Namun, perbandingannya
adalah perbandingan yang setara sehingga nilai antara kata benda yang
dibandingkan oleh imma tafshil adalah sama. Perlu diketahui bahwa imma tafshil juga
merupakan salah satu anggota dari huruf athaf. Contoh dari kata benda yang dimasuki
oleh imma tafshil diantaranya adalah sebagai berikut.
خُذ مِن مَالِي إِمَّا دِرهَمًا وَإِمَّا دِينَارًا
الكَلِمَةُ إِمَّا اسمٌ وَإِمَّا فِعلٌ وَإِمَّا حَرفٌ
7.
Wawu hāl (واو الحال)
Wawu hal menjadikan jumlah setelahnya menjadi
jumlah haaliyah yang menduduki keadaan nasab (akusatif). Jumlah hāliyyah yang
dimasuki oleh wawu hāl selalu diawali oleh kata benda, oleh karena itu wawu hāl
dikategorikan sebagai salah satu tanda kata benda. Bilamana ditemukan wawu hāl
yang masuk pada kata kerja, itu tidak lain adalah karena kata benda yang berada
setelah wawu hāl dan sebelum kata kerja itu dibuang. Contoh kata benda yang
terletak setelah wawu hāl diantaranya adalah sebagai berikut.
جَاءَ الأَمِيرُ وَهُوَ يَركَبُ
جَاءَ المُعَلِّمُ وَالطَّالِبُ قَائِمٌ
Demikian bagian kesatu dari keempat bagian tanda-tanda
kata benda yang secara keseluruhan berjumlah tiga puluh. Jumlah bagian kesatu
sebanyak tujuh tanda yang semuanya bilamana masuk pada kata benda terletak di
awal atau sebelum kata benda tersebut. Untuk tanda-tanda lainnya akan penulis
bahas pada tulisan-tulisan setelahnya bilamana diberikan kesempatan. Tak lupa jika
menemukan kekeliruan setelah diteliti secara mendalam, harap berkenan untuk memberikan
koreksi pada kolom komentar yang tersedia. Terima kasih. Semoga bermanfaat.
Referensi:
Muhammad Ma’shum bin Salim As-Samaraniy, Tasywiqul Khalan.
Muhammad bin Abdullah bin Malik, Syarh ibn Malik.
Tajudin Nur, Sintaksis Bahasa Arab.