30 Tanda-tanda Isim
Bagian terakhir dari tanda-tanda isim yang
tiga puluh adalah tanda-tanda yang berkaitan dengan fungsi atau kedudukan isim
dalam suatu klausa atau kalimat, konsep gender, serta konsep definit dan
indefinit. Terdapat delapan tanda yang termasuk dalam kategori ini yang penjelasan
singkatnya adalah sebagai berikut.
1. Fail (كونه فاعلا)
Karakteristik berikutnya dari isim yakni dapat menempati fungsi fa’il atau
subjek dalam kalimat. Karakteristik ini tidak dimiliki oleh huruf dan fi’il. Jika menemukan yang
demikian kemungkinannya hanya ada dua, kesatu yang dimaksud adalah katanya secara lafaẓ dan yang kedua yang dimaksud adalah takwilnya.
Misalnya dalam contoh kalimat يُعْجِبُنِيْ أَنْ يَنْصُرَ زَيْدٌ, kata أَنْ يَنْصُرَ
yang merupakan fi’il memang menempati fungsi fa’il dalam kalimat tersebut,
tetapi yang dimaksud bukan fi’ilnya sendiri melainkan takwilannya yaitu kata نَصْرُ yang tidak lain adalah masdar. Sedangkan masdar merupakan salah
satu jenis isim. Contoh lain isim yang menempati posisi fa’il yaitu sebagai
berikut.
قَرَأَ حِلْمَانُ
كِتَابًا
(Hilman telah membaca sebuah buku)
Kata حِلْمَانُ merupakan isim yang menunjukkan kepada nama
orang dan menempati posisi fa’il atau subjek.
2. Maf’ul (كونه مفعولا)
Maf’ul sebenarnya tidak identik dengan istilah objek dalam bahasa
Indonesia. Hal itu dikarenakan maf’ul dalam bahasa Arab terdapat banyak
jenisnya dan yang sepadan dengan objek hanya merupakan salah satu diantaranya.
Terdapat maf’ul bih, maf’ul min ajlih, maf’ul ma’ah, maf’ul dūna, dan
lain-lain. Untuk menjelaskan semuanya jenis maf’ul tersebut sepertinya
memerlukan pembahasan tersendiri yang tidak akan penulis muat terlebih dahulu
dikarenakan akan membuat tulisan sangat panjang dan tidak terlalu nyaman dibaca
untuk sebuah laman blog. Tetapi satu hal yang mesti dipahami adalah bahwa semua
jenis maf’ul tersebut kedudukannya ditempati oleh isim, bukan dengan fi’il
ataupun huruf. Jikalau memang ada ditemukan maf’ul yang bukan terbuat dari isim,
maka seperti disebutkan sebelumnya dalam penjelasan fa’il bahwa yang dimaksud
bisa jadi katanya secara lafaẓ atau takwilannya. Berikut merupakan contoh isim
yang sedang menempati posisi maf’ul bih (objek).
أَكَلَتِ الْمَرْأَةُ الْخُبْزَ
(Perempuan itu telah memakan sebuah roti)
3. Mukhbaran ‘anhu (كونه مخبرا عنه)
Khabar merupakan kata yang mesti ada untuk melengkapi mubtada selain isim
sifat. Khabar memiliki fungsi untuk menyempurnakan makna mubtada sehingga mesti
selalu ada agar terbentuk suatu jumlah mufidah (klausa yang dapat difahami
sesuai tujuannya). Namun bilamana tidak ditemukan khabarnya, berarti khabarnya sengaja
tidak disebutkan untuk sebuah alasan-alasan tertentu. Alasan-alasan tersebut cukup
banyak yang diantaranya adalah ketika khabar sudah diketahui oleh penutur dan
mitra tutur. Keadaan seperti ini salah satunya dapat ditemukan pada jawaban
dari sebuah pertanyaan. Khabar tidak lagi disebutkan dalam jawaban karena sudah
disebutkan dalam pertanyaan. Misalnya dalam kata زَيْدٌ yang merupakan
jawaban dari pertanyaan مَنْ عِنْدَكَ؟. Kata
عِنْدَكَ yang merupakan khabar dan akan berubah dalam
jawaban menjadi عِنْدِيْ
tidak perlu lagi disebutkan dalam jawaban karena sudah diketahui. Ketentuan tidak
disebutkan dalam kondisi seperti ini bersifat kebolehan. Contoh isim yang
menduduki posisi khabar yaitu seperti berikut ini.
الشَّوْقُ مُؤْلِمٌ
(Rindu itu menyakitkan)
4. Man’ūt (كونه منعوتا)
Man’ūt merupakan isim yang disifati oleh kata sifat atau adjektiva. Man’ūt
mesti merupakan isim dan bukan merupakan fi’il atau huruf. Baik isim maupun fi’il
memang dapat ditambahkan keterangan berupa penyifatan, tetapi berdasarkan
aturan kesesuaian dan persetujuan dalam bahasa Arab, isim disifati dengan isim
lagi yang menempati posisi adjektiva atau na’at, sedangkan fi’il disifati oleh
isim yang bukan menempati posisi adjektiva, tetapi yang menempati posisi maf’ul
muṭlaq atau semisalnya sebagai adverbia. Berikut merupakan contoh isim yang menempati
posisi man’ūt.
أَتَانِيْ خَبَرٌ
مُبَشِّرٌ
(Kabar yang menggembirakan telah datang kepadaku)
5. Mużakkar (كونه مذكرا)
Konsep gender tidak dikenal dalam kata lain selain kata benda atau isim. Adanya
tanda gender dalam fi’il sendiri disebabkan karena fi’il tersebut mengikuti fa’ilnya
yang merupakan isim dan bukan berarti fi’ilnya menerapkan konsep gender. Ketentuan
tersebut merupakan bagian dari verb agreement dalam bahasa Arab. berikut
merupakan contoh isim yang menunjukkan kepada gender maskulin atau mużakkar.
مُسْلِمٌ
(Orang
Islam (laki-laki))
مُؤْمِنٌ
(orang yang beriman (laki-laki))
طَالِبٌ
(Siswa)
6. Muannaṡ (كونه مؤنثا)
Kebalikan dari gender maskulin yaitu gender feminin (muannaṡ). Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya bahwa isim mengenal konsep gender sehingga baik gender
maskulin atau gender maskulin dikenal dalam isim. Untuk menentukan isim mana yang
menunjukkan maskulin atau feminin ada yang dapat dilihat dari tanda yang nampak.
Jika tidak terdapat tanda yang membedakan, maka harus melihat kebiasaan yang
digunakan dalam bahasa Arab atau melihat kamus yang menyajikan keterangan
gender dalam daftar katanya. Berikut contoh isim yang menunjukkan pada gender
feminin.
مُسْلِمَةٌ
(Orang
Islam (perempuan))
مُؤْمِنَةٌ
(orang yang beriman (perempuan))
طَالِبَةٌ
(Siswi)
7. Mu’arraf (كونه معرفا)
Dalam liguistik umum, konsep mu’arraf dikenal dengan istilah definit. Isim
yang ma’rifat atau kata benda definit merupakan kata benda yang menunjukkan
kepada sesuatu yang secara khusus, baik jumlahnya tunggal, dual, atau plural. Hal
yang ditunjukkan secara khusus oleh isim ma’rifat tersebut adalah yang menjadi
referennya. Berikut merupakan contoh isim ma’rifat.
النَّاجِحُوْنَ
(Orang-orang
yang berhasil)
8.
Munakkar (كونه منكرا)
Sama seperti sebelumnya, kebalikan dari konsep
mu’arraf adalah konsep munakkar atau yang dalam istilah linguistik umum dikenal
dengan istilah indefinit. Jika mu’arraf menunjukkan kepada referen yang tentu,
maka munakkar menunjukkan kepada referen yang tidak tentu dan bersifat umum. Oleh
karena umum sehingga jumlah referennya, jenisnya dan lain sebagainya tidak memiliki
limitasi atau batasan tertentu. Isim yang menunjukkan kepada konsep munakkar
disebut dengan isim nakirah. Contoh dari isim nakirah yaitu sebagai berikut.
نُوْرٌ
(Cahaya)
Memang sebenarnya sebagaimana disebutkan sebelumnya
bahwa tanda-tanda isim jika dirinci lebih detail lagi masih ada banyak. Tetapi penulis
rasa ketiga puluh tanda ini cukup mewakili untuk sebagian lagi tanda-tanda isim
yang belum disebutkan. Jika ingin mengetahui lebih banyak lagi tanda-tanda isim
yang belum disebutkan, dapat dicari pada kitab-kitab klasik yang membahas
tentang hal tersebut. Semoga bermanfaat.
Referensi:
Muhammad Ma’shum bin Salim As-Samaraniy, Tasywiqul Khalan.
Jalaluddin Abdul Rahman bin Abu Bakr As-Suyuti, Al-Asybahu wa
An-Nadhairu.
Muhammad bin Abdullah bin Malik, Syarh ibn Malik ‘ala Alfiyah.
Tajudin Nur, Sintaksis Bahasa Arab.